![]() |
Koordinator Tim Buton Rafli Rizal (kanan) dan anggotanya Karsono (kiri) membersihkan fosil rahang dan gigi gajah purba jenis Mastodon dan Stegodon dari kotoran dan debu. |
Tim Buton
tidak pernah mengenyam pendidikan Arkeologi. Namun kecintaan mereka terhadap
penemuan fosil dan benda purbakala di Bumiayu, Brebes menyatukan mereka dalam
sebuah wadah yang dinamai Tim Buton. Apa saja aktivitasnya? Berikut ini
wartawan Suara Merdeka, Teguh Inpras menuliskannya dalam dua seri mulai hari
ini.
Peduli pada Maxila Primata Berumur 900.000 Tahun
TIM Buton
merupakan wadah yang berisi sekelompok orang yang peduli tentang pentingnya
menyelamatkan fosil atau benda purbakala. Nama ”Buton” sendiri merupakan
kependekan dari Bumiayu- Tonjong, dua wilayah di selatan Kabupaten Brebes yang
kerap menjadi lokasi penemuan fosil hewan purbakala.
Beranggotakan
enam orang, tim ini bekerja sukarela. Tanpa bayaran mereka melakukan aktivitas
kepurbakalaan yaitu menemukan, mengumpulkan dan merawat fosil dan benda
purbakala. Sekali dalam sepekan, anggota tim berkumpul di rumah koordinator
tim, Rafli Rizal di Jalan KH Ahmad Dahlan Bumiayu.
Selain saling
bersilaturahmi, kesempatan berkumpul tersebut dimanfaatkan untuk membersihkan
seribuan lebih fosil bagian anggota tubuh hewan purbakala yang mereka temukan.
”Tadinya aktivitas kepurbakalaan dilakukan oleh Karsono dan saya sendiri. Namun
karena kesamaan tujuan yaitu menyelamatkan fosil purbakala akhirnya kami
sepakat membentuk wadah yang dinamai Tim Buton, pada Oktober 2015.
Supaya
kegiatan lebih terorganisasi dan fosil-fosil yang ditemukan terdata dengan
baik,” tutur Rizal yang ditemui Suara Merdeka di kediamnnya, Selasa (2/8).
Menurutnya, dengan cakupan wilayah yang luas, Tim Buton kemudian merekrut empat
warga Tonjong yang berdomisili di sekitar lokasi penemuan. Keempat anggota baru
itu yakni Kartono, Rodik, Nasikin dan Romi.
Seribuan
Fosil
Anggota baru
tersebut bertugas untuk mengawasi setiap temuan fosil di masyarakat dan
melaporkannya kepada tim- .”Kami memang dituntut rajin mencari informasi
termasuk isu-isu yang beredar di kalangan warga terkait penemuan benda-benda
bersejarah atau fosil purba sehingga tidak sampai diperjualbelikan oleh warga,”
katanya.
Rizal
menyatakan, hingga saat ini sudah ada seribuan lebih fosil potongan tubuh hewan
purba yang disimpan dalam museum mini Buton. Antara lain rahang gajah purba
jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Kemudian ada rahang badak
(Rhinosertidae), Tulang Kerbau (Pelurs Certividae), kepala buaya (Maxila
crocodylliae), Gigi Sapi (Incivius bovidae), Kepala dan Tanduk Kerbau (Bubalus
paleokarabu).
Kemudian ada
juga fosil gigi monyet (Maxila Primata). Balai Arkeologi Yogyakarta menyebut
fosil-fosil yang ditemukan tersebut berasal dari kala plestoisen tengah dengan
perkiraan umur lebih dari 900.000 tahun. ”Fosil-fosil tersebut ditemukan di
daerah aliran Sungai Glagah dan Cisaat wilayah Kecamatan Tonjong antara kurun
waktu 2013-2015.
Kalau temuan
terakhir (Juli 2016), adalah rahang dan gigi gajah purba Mastodon dan Stegodon
di Sungai Glagah Tonjong,” katanya. Menurut Rizal, fosil hewan purbakala
tersebut tidak seluruhnya ditemukan oleh tim. Ada beberapa yang ditemukan oleh
warga. ”Kalau yang menemukan warga, maka kita mengganti jasa penemuannya.
Pada awalnya
susah karena warga meminta harga tinggi, namun setelah kami berikan sosialisasi
pada akhirnya warga mau menyerahkan temuannya kepada tim,” kata pemilik toko
pakaian ”Batik Anda” di Kecamatan Bumiayu itu.(15)
Sumber : Suara Merdeka, 3 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar