![]() |
Rizal Rafli, Koordinator Tim Buton menunjukkan fosil kepala dan tanduk kerbau purba (Bubalus Palaeokarabu) |
Siang kemarin, ditengah kesibukkannya berdagang, Rizal menyambut ramah kedatangan Suara Merdeka ke tempat usahanya toko “Batik Anda” di Jl Diponegoro Bumiayu. Sejurus kemudian, bapak empat anak itu langsung mengajak ke sebuah kamar di lantai atas tokonya untuk memperlihatkan ratusan fosil binatang purbakala. Ya, kamar berukuran lebih kurang 4x4 meter tersebut dijadikan sebagai tempat penyimpanan sementara benda-benda yang disebutnya sebagai harta karun pengetahuan tersebut.“Sementara kita simpan di sini (kamar) dulu. Alhamdulillah istri juga mendukung kegiatan kepurbakalaan yang kita lakukan,” katanya.
Ketertarikannya akan kepurbakalaan diakui Rizal diawali dengan perkenalannya dengan Karsono yang dikenal sebagai “pemburu” fosil. Bersamanya, Rizal kemudian mendirikan Tim Buton. Dinamai demikian karena fosil-fosil binatang purba banyak ditemukan di daerah Bumiayu dan Tonjong.“Tujuan kami hanya satu, menyelamatkan benda atau fosil purbakala supaya tidak hilang karena diperjualbelikan,” ujarnya.
Pada awalnya, banyak orang yang memandang sebelah mata aktivitas berburu fosil purba. Namun bersama Karsono, Rizal bergeming hingga akhirnya pengakuan datang dari mahasiswa Geologi UPN dan Balai Arkeologi Yogyakarta pada Oktober 2015 atau dua tahun setelah aktivitas kepurbakalaan dilakoni. Lantas dari mana pengetahuan mendeteksi benda purbakala? Rizal yang semasa muda menempuh pendidikan Akademi Manejemen Indonesia dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Dahulu IAIN) menegaskan belajar dari literatur-literatur yang diunduh dari internet. Selain itu, juga melakukan studi ke museum Sangiran di Sragen dan Museum Dayu di Karanganyar dan selalu berkomunikasi dengan Balai Arkeologi Yogyakarta.“Setiap yang kami temukan selalu kami kirim fotonya ke Pak Siswanto (Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta-red). Beliaulah yang selalu menyemangati kami,” kata suami Retno Widyastuti itu.
Mencari Informasi
Tim Buton, ungkap Rizal, tidak hanya menjelajah keluar masuk hutan dan sungai untuk menemukan fosil purba. Tetapi juga memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan fosil purba atau benda bersejarah lainnya. Selain itu, juga bergerak aktif mengawasi setiap temuan fosil oleh masyarakat. Dalam upaya ini, anggota tim dituntut rajin mencari informasi termasuk isu-isu yang beredar di kalangan warga terkait penemuan benda-benda bersejarah atau fosil purba.“Kalau yang menemukan masyarakat, kita ganti jasa penemuannya. Meski awalnya susah, pada akhirnya masyarakat mau menyerahkan temuannya kepada kami,” kata Rizal. Mengganti jasa temuan, menurut Rizal, harus dilakukan. Sebab bila tidak, fosil-fosil tersebut bisa saja diperjualbelikan karena kena bujuk rayu para kolektor.”Ya memang harus demikian (mengganti jasa temuan). Sebagai uang lelah warga yang menemukan,” katanya.
Hingga saat ini, sudah ada 220 fosil bagian tubuh binatang purba yang sudah diidentifikasi oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Antara lain fosil rahang gajah purba jenis mastodon, stegodon dan elephas, fosil kepala dan tanduk banteng purba dan gigi badak purba. “Balai Arkeologi menyebutkan fosil-fosil di Bumiayu berasal dari kala plestoisen tengah dengan perkiraan umur lebih dari 900.000 tahun,” kata Rizal. Selain itu, Tim Buton juga menyimpan empat artefak berupa kapak beliung yang diperkirakan berumur 3000 tahun.
Menurut Rizal, keberadaan fosil tersebut menunjukkan bahwa wilayah Bumiayu dan sekitarnya pada kala itu merupakan wilayah potensial baik dari sisi lingkungan maupun ketersediaan makanan sehingga bisa menjadi habibat binatang. Rizal optimistis, tidak menutup kemungkinan juga adanya kehidupan manusia purba (homo erectus). “Saya yakin pada saatnya nanti (kehidupan manusia purba) akan terungkap,” ujarnya. Agar fosil purba bisa dilihat oleh masyarakat, terutama pelajar sebagai media belajar, tim Buton tengah mempertimbangkan untuk membangun museum mini secara swadaya.“Saat ini kita tengah kumpulkan dananya dulu. Kami juga sangat wellcome jika Pemkab bersedia membangun museum karena ini semua (fosil purba) untuk memperkaya khasanah pengetahuan anak-anak kita,” ujarnya. (H51)
Sumber : Suara Merdeka 14 Januari 2016
0 komentar:
Posting Komentar