Senin, 05 September 2016

Tim Buton Timba Ilmu di Sangiran

Anggota Tim Buton, Karsono (kanan) mengikuti Workshop Konservasi Fosil yang diadakan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSM) Sangiran di Hotel Sunan Solo, 26-31 Agustus

PELESTARI fosil purbakala asal Bumiayu, Brebes, Karsono baru-baru ini mengikuti Workshop Konservasi Fosil yang diadakan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran di Hotel Sunan Solo, 26-31 Agustus.

Selama enam hari tersebut, Karsono yang menjadi utusan Tim Buton (wadah pelestari fosil purba di Bumiayu) mengaku mendapatkan pengetahuan tentang cagar budaya, khususnya fosil purbakala.”Banyak ilmu dan pengetahuan yang diperoleh untuk diaplikasikan seiring dengan banyaknya temuan fosil hewan purbakala di wilayah Bumiayu dan sekitarnya,” kata dia, Jumat (2/9) kemarin.

Diceritakan,  selama mengikuti workshop ia mendapatkan materi teori berupa berbagai kebijakan dalam pelestarian cagar budaya, situs prasejarah, teknik konservasi, peraturan dalam pelestarian cagar budaya.  Selain itu, juga praktek lapangan berupa teknik dasar penyelamatan fosil yang dilakukan di dekat Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Bukuran. Kemudian dilanjutkan di laboratorium untuk kegiatan identifikasi, pendokumentasian, registrasi temuan fosil serta konservasi mekanisnya.”Sekarang kami menjadi tahu bagaimana memperlakukan fosil yang baik dan benar, mulai dari penyelamatan sampai dengan konservasinya,” kata dia.

Ditularkan

Menurut Karsono, pengetahuan tentang konservasi fosil tersebut akan ditularkan kepada anggota Tim Buton lainnya. Dengan demikian, anggota menjadi tahu tindakan apa yang harus dilakukan ketika ada temuan fosil baru.”Ketika ada temuan fosil, tidak asal dalam mengangkat atau penyelamatannya. Ada teknik-teknik penyelamatan sehingga fosil yang ditemukan menjadi tidak rusak,” ujarnya.

Koordinator Tim Buton Rizal Rafli berterimakasih karena potensi kepurbakalaan di Bumiayu sudah diperhatikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan BPSMP Sangiran dengan penelitian dan kegiatan konservasi yang sudah dilakukan. Dengan kegiatan tersebut, potensi Bumiayu akan diketahui dan perlindungan terhadap fosil-fosil yang ada dapat dilakukan.”Kami menjadi lebih termotivasi dan semoga ini menjadi sebuah awal bagi pelestarian cagar budaya di Kabupaten Brebes, utamanya di Bumiayu dan sekitarnya,” kata dia. (H51)

Sumber : Suara Merdeka, 3 September 2016

Tim Buton Merawat Fosil Purbakala (2-Habis)

Warga melihat fosil hewan purbakala yang disimpan di Museum Mini Purbakala Buton, di kediaman Rafli Rizal Jalan KH Ahmad Dahlan Bumiayu, Brebes. 

Diwacanakan Akan Dibangun Museum Kepurbakalaan

TIM Buton yang beraktivitas merawat dan menjaga benda purbakala hasil temuan masyarakat di Bumiayu, Brebes tak sekadar keluar masuk hutan untuk mencari jejak-jejak hewan purbakala tersebut.
Guna meningkatkan pengetahuan di bidang kepurbakalaan, Tim Buton juga kerap menambah wawasan melalui internet ataupun literatur-literatur lain. Mereka juga studi ke museum Sangiran di Sragen dan Museum Dayu di Karanganyar. ”Baru-baru ini seluruh anggota tim juga pergi ke situs Semedo di Kabupaten Tegal,” kata Rizal, Koordinator Tim Buton.
Ketika ditanya dari mana dana operasional kegiatan tim, termasuk biaya mengganti jasa penemuan fosil yang ditemukan warga? Rizal menegaskan, dana operasional tim berasal dari swadaya.”Biayanya murni dari tim, ya urunanlah,” katanya tanpa mau menyebutkan nominalnya. Bagaimana dengan perhatian pemerintah? baik Rizal maupun Karsono menyatakan, selama ini ada komunikasi yang baik dengan pemerintah.
”Komunikasi kami dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Pemkab Brebes baik. Meski belum berkunjung ke museum mini Tim Buton, Bapak Wijanarto (Kasi Sejarah dan Purbakala) sangat mengapresiasi dan meminta kami menyimpan dan merawat fosil yang sudah ditemukan dengan baik,” ucapnya.
Perhatian juga diberikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.”Mereka bahkan sudah beberapa kali mengunjungi kami,” katanya.
Menurut Rizal, perhatian pemerintah sangat dibutuhkan agar fosilfosil yang ditemukan bisa bermanfaat sebagai media belajar generasi muda. ”Tidak hanya itu, masyarakat juga perlu diberikan penyadaran untuk tidak memperjualbelikan fosilfosil purbakala. Sebab, fosil purbakala merupakan harta karun pengetahuan yang tidak ternilai harganya,” tuturnya.
Bermanfaat
Baik Rizal maupun Karsono Rizal percaya apa yang dilakukan oleh Tim Buton akan bermanfaat dikemudian hari. ”Kami berkomitmen akan terus melakukan kegiatan kepurbakalaan karena berkeyakinan dapat bermanfaat, agar sejarah tetap lestari dan menjadi media belajar untuk generasi sekarang maupun yang akan datang,” ujarnya.
Sementara itu Kasi Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Pemkab Brebes, Wijanarto menyatakan, Pemkab Brebes sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh warga Bumiayu yang tergabung dalam Tim Buton. ”Sejak penemuan fosil di Bumiayu booming di media pada 2015, kami sudah aktif berkomunikasi dengan Balai Arkeologi Yogyakarta,” ucapnya.
Menurut dia, penemuan fosil di Bumiayu sangat menarik karena berhubungan dengan situs Semedo, Pati Ayam dan Sangiran. ”Fosil di Bumiayu yang paling tertua berumur 1,5 juta tahun dan termuda 500.000 tahun. Hanya saja, di Bumiayu ini belum ditemukan fosil manusia purba,” katanya. Meski belum ditemukan fosil manusia purba, Balai Arkeologi berkeyakinan ada kehidupan manusia purba.
”Hal ini ditandai dengan fosil gajah purba. Gajah purba ini sangat dekat dengan kehidupan manusia purba sehingga dimungkinkan ada kehidupan manusia purba,” paparnya. Lalu bagaimana langkah Pemkab Brebes? Wijanarto menyatakan, saat ini masih menunggu laporan studi yang dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait situs purbakala yang ada di wilayah selatan Kabupaten Brebes. ”Kalau pun nanti hasil studi menyebutkan harus ada museum, tentunya Pemkab Brebes siap melaksanakan,” tuturnya.
Adapun Camat Bumiayu Urip Rosidik ketika dihubungi mengaku mengetahui kegiatan Tim Buton setelah menerima kedatangan Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta di ruang kerjanya, Mei lalu. ”Kami sangat mengapresiasi mereka yang dengan sukarela meluangkan waktu untuk menjaga dan merawat aset yang menurut kami tidak ternilai harganya,” kata camat.
Dengan dukungan dan respons yang diberikan Balai Arkeologi Yogyakarta, pihaknya mengaku sepakat jika di Kota Kecamatan Bumiayu didirikan Museum Kepurbakalaan untuk menyimpan fosil dan benda purbakala tersebut. Menurutnya, kehadiran museum akan menjadi wisata di Kabupaten Brebes bagian selatan semakin komplit.(Teguh Inpras-15)

Sumber : Suara Merdeka, 4 Agustus 2016

Tim Buton Merawat Fosil Purbakala (1)

Koordinator Tim Buton Rafli Rizal (kanan) dan anggotanya Karsono (kiri) membersihkan fosil rahang dan gigi gajah purba jenis Mastodon dan Stegodon dari kotoran dan debu.


Tim Buton tidak pernah mengenyam pendidikan Arkeologi. Namun kecintaan mereka terhadap penemuan fosil dan benda purbakala di Bumiayu, Brebes menyatukan mereka dalam sebuah wadah yang dinamai Tim Buton. Apa saja aktivitasnya? Berikut ini wartawan Suara Merdeka, Teguh Inpras menuliskannya dalam dua seri mulai hari ini.

Peduli pada Maxila Primata Berumur 900.000 Tahun
TIM Buton merupakan wadah yang berisi sekelompok orang yang peduli tentang pentingnya menyelamatkan fosil atau benda purbakala. Nama ”Buton” sendiri merupakan kependekan dari Bumiayu- Tonjong, dua wilayah di selatan Kabupaten Brebes yang kerap menjadi lokasi penemuan fosil hewan purbakala.

Beranggotakan enam orang, tim ini bekerja sukarela. Tanpa bayaran mereka melakukan aktivitas kepurbakalaan yaitu menemukan, mengumpulkan dan merawat fosil dan benda purbakala. Sekali dalam sepekan, anggota tim berkumpul di rumah koordinator tim, Rafli Rizal di Jalan KH Ahmad Dahlan Bumiayu.

Selain saling bersilaturahmi, kesempatan berkumpul tersebut dimanfaatkan untuk membersihkan seribuan lebih fosil bagian anggota tubuh hewan purbakala yang mereka temukan. ”Tadinya aktivitas kepurbakalaan dilakukan oleh Karsono dan saya sendiri. Namun karena kesamaan tujuan yaitu menyelamatkan fosil purbakala akhirnya kami sepakat membentuk wadah yang dinamai Tim Buton, pada Oktober 2015.

Supaya kegiatan lebih terorganisasi dan fosil-fosil yang ditemukan terdata dengan baik,” tutur Rizal yang ditemui Suara Merdeka di kediamnnya, Selasa (2/8). Menurutnya, dengan cakupan wilayah yang luas, Tim Buton kemudian merekrut empat warga Tonjong yang berdomisili di sekitar lokasi penemuan. Keempat anggota baru itu yakni Kartono, Rodik, Nasikin dan Romi.

Seribuan Fosil

Anggota baru tersebut bertugas untuk mengawasi setiap temuan fosil di masyarakat dan melaporkannya kepada tim- .”Kami memang dituntut rajin mencari informasi termasuk isu-isu yang beredar di kalangan warga terkait penemuan benda-benda bersejarah atau fosil purba sehingga tidak sampai diperjualbelikan oleh warga,” katanya.

Rizal menyatakan, hingga saat ini sudah ada seribuan lebih fosil potongan tubuh hewan purba yang disimpan dalam museum mini Buton. Antara lain rahang gajah purba jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Kemudian ada rahang badak (Rhinosertidae), Tulang Kerbau (Pelurs Certividae), kepala buaya (Maxila crocodylliae), Gigi Sapi (Incivius bovidae), Kepala dan Tanduk Kerbau (Bubalus paleokarabu).

Kemudian ada juga fosil gigi monyet (Maxila Primata). Balai Arkeologi Yogyakarta menyebut fosil-fosil yang ditemukan tersebut berasal dari kala plestoisen tengah dengan perkiraan umur lebih dari 900.000 tahun. ”Fosil-fosil tersebut ditemukan di daerah aliran Sungai Glagah dan Cisaat wilayah Kecamatan Tonjong antara kurun waktu 2013-2015.

Kalau temuan terakhir (Juli 2016), adalah rahang dan gigi gajah purba Mastodon dan Stegodon di Sungai Glagah Tonjong,” katanya. Menurut Rizal, fosil hewan purbakala tersebut tidak seluruhnya ditemukan oleh tim. Ada beberapa yang ditemukan oleh warga. ”Kalau yang menemukan warga, maka kita mengganti jasa penemuannya.


Pada awalnya susah karena warga meminta harga tinggi, namun setelah kami berikan sosialisasi pada akhirnya warga mau menyerahkan temuannya kepada tim,” kata pemilik toko pakaian ”Batik Anda” di Kecamatan Bumiayu itu.(15)

Sumber : Suara Merdeka, 3 Agustus 2016

BPSMP Sangiran Ekskavasi Temuan Fosil Gajah Purba



Tim BPSMP Sangiran melakukan ekskavasi temuan fosil gajah purba di tebing Sungai Glagah, Kecamatan Tonjong, Brebes.


TIM Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran melakukan ekskavasi temuan fosil gajah purba jenis Sinomastodon di Sungai Glagah, Kecamatan Tonjong, Brebes, Kamis (11/8) kemarin.

Fosil gajah purba tersebut awalnya ditemukan oleh Tim Buton (sebuah wadah para pelestari fosil dan benda purbakala di Bumiayu) pada akhir Juli kemarin. Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke Balar Yogyakarta dan BPSMP Sangiran.“Hari ini (kemarin) kami mengecek informasi tersebut dan ternyata benar. Selanjutnya kami melakukan ekskavasi untuk penyelamatan karena dikhawatirkan akan hilang terbawa banjir,” kata Ketua Tim Ekskavasi BPSMP Sangiran, Albertus Nikko.

Ekskavasi yang dimulai siang hingga sore hari tersebut melibatkan ahli arkeologi, geologi dan tenaga konservasi. Pertama-tama, tim membuat kotak ekskavasi berukuran 3x2 meter di lokasi penemuan. Pada lokasi yang sudah ditandai itulah kemudian dilakukan penggalian dengan sangat hati-hati. Satu persatu-satu fosil yang ditemukan dibersihkan dan dikeringkan untuk didata dan diidentifikasi. Setelahnya, fosil-fosil tersebut dimasukkan dalam kantong plastik.

Nikko menjelaskan, dari ekskavasi tersebut diperoleh 26 fragmen fosil yang antara lain meliputi gigi, tulang belikat dan tulang rusuk. Sedangkan usia fosil tersebut diperkirakan antara 1,5 – 1,2 juta tahun.”Dari fragmen gigi bisa diidentifikasikan sebagai fosil gajah Sinomastodon. Fosil ini akan kami bawa ke rumah Tim Buton untuk dilakukan identifikasi ulang besok (hari ini-red),” katanya.

Koordinator Tim Buton Rafli Rizal didampingi anggotanya Karsono menyatakan fosil gajah purba yang diekskavasi tersebut menambah jumlah fosil hewan purbakala yang sudah ditemukan sebelumnya. Menurutnya, dalam kurun waktu antara 2013-2016, Tim Buton sudah menemukan fosil gajah purba mulai dari sinomastodon, stegodon dan elephas. Selain itu, rahang badak (Rhinosertidae), Tulang Kerbau (pelurs Certividae), kepala buaya (Maxila Crocodylliae), gigi sapi (Incivius Bovidae), kepala dan tanduk Kerbau (Bubalus paleokarabu) dan juga fosil gigi monyet (Maxila Primata). (H51)

Sumber : Suara Merdeka, 12 Agustus 2016